ABSTRAK
Pembelajaran
menurut Ralph Tyler (Anita : 2006) memiliki empat komponen utama, yaitu tujuan,
materi, metode/ media, dan penilaian. Keempat komponen tersebut saling
berkaitan dan mendukung. Keempat komponen ini menjadi sorotan besar masyarakat
dalam menilai pendidikan terutama terhadap penilaian. Sistem penilaian yang
baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan
memotivasi peserta didik untuk belajar lebih baik. Oleh karena itu, dalam upaya
peningkatan kualitas pendidikan diperlukan perbaikan sistem penilaian yang
diterapkan. Pendidik perlu memahami betul konsep dasar penilaian agar kesadaran
pendidik terhadap pentingnya peranan sistem penilain yang baik dalam pembelajaran
di sekolah dapat ditingkatkan. Dengan demikian perbaikan yang diharapkan dapat
dilakukan sesuai harapan masyarakat. Penilaian merupakan segala aktivitas yang berkaitan
dengan pemberian atau penentuan nilai kepada suatu objek berdasar hasil
pengukuran mengenai keterampilan dan potensi diri individu atau suatu objek.
Penilian memiki tujuan, fungsi, dan prinsip dalam pelaksanaannya. Untuk menuju kualitas pembelajaran yang baik, diperlukan
sistem penilaian yang baik pula. Agar penilaian dapat berfungsi dengan baik,
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka sangat perlu untuk menetapkan
standar penilaian yang akan menjadi dasar dan acuan bagi guru dan praktisi
pendidikan dalam melakukan kegiatan penilaian. Untuk mewujudkan hal tersebut,
maka perlu kerjasama yang baik dari beberapa pihak terkait, seperti guru, siswa
dan sekolah. Peranan penilaian dalam pembelajaran sangat penting sehingga perlu
bagi pihak terkait memahami bagaimana peranan mereka untuk mewujudkan penilaian
yang baik dan peranan penilaian dalam pembelajaran yang mereka laksanakan.
Kata kunci: peranan penilaian,
pembelajaran
Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek) serta globalisasi menimbulkan perubahan dalam
berbagai aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut memberi pengaruh yang
besar terhadap berbagai kegiatan dan kebutuhan masyarakat, termasuk kebutuhan
akan pendidikan. Pandangan, kritikan, sumbangan, dan tuntunan terhadap
pendidikan kini terus mengalami pergeseran. Pendidikan kini telah menarik
perhatian masyarakat dalam pelaksanaan maupun penilaiannya serta hasil yang
diperoleh.
Kegiatan utama dalam
pendidikan adalah pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan inilah yang menjadi
sorotan pertama masyarakat dalam memandang pendidikan secara luas. Pelaksanaan
pembelajaran terus diperhatikan dalam pelaksanaanya. Kritikan-kritikan
bermunculan mengenai pelaksanaan pembelajaran yang dinilai kurang kondusif
dalam menyiapkan peserta didik untuk dapat menghadapi tantangan globalisai.
Salah satu komentar yang dikemukakan oleh Indra Djati (Anita: 2006) yaitu bahwa
pendidikan belum berhasil mengikuti perubahan yang terjadi di kalangan
masyarakat. Berdasarkan hal tersebut maka sekolah harus mengkaji ulang
pelaksanaan pembelajaran yang sudah diadakan selama ini. Sekolah harus meningkatkan
perhatian dan melakukan perubahan terhadap aspek-aspek pembelajaran.
Pembelajaran menurut
Ralph Tyler (Anita : 2006) memiliki empat komponen utama, yaitu tujuan, materi,
metode/ media, dan penilaian. Keempat komponen tersebut saling berkaitan dan
mendukung. Keempat komponen ini juga menjadi sorotan besar masyarakat dalam
menilai pendidikan terutama terhadap penilaian. Tak jarang masyarakat
menganggap penilaian belum dilaksanakan sebagai mestinya. Sistem penilaian yang
dilakukan di sekolah sering kali mendapat keraguan masyarakat sehingga
memunculkan berbagai permasalahan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Penilaian merupakan
komponen yang tak kalah penting dibanding dengan komponen pembelajaran yang
lain. Penilaian bertujuan untuk menentukan tingkat ketercapaian peserta didik
dalam pembelajaran. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan dapat juga ditempuh
melalui peningkatan kualitas sistem penilaiannya. Sistem penilaian yang baik
akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan
memotivasi peserta didik untuk belajar lebih baik. Oleh karena itu, dalam upaya
peningkatan kualitas pendidikan diperlukan perbaikan sistem penilaian yang
diterapkan. Untuk melaksanakan perbaikan tersebut pendidik perlu memahami betul
konsep dasar penilaian itu sendiri karena perkembangan konsep penilaian yang
ada pada saat ini menunjuk arah yang lebih luas. Pengetahuan dan pemahaman yang
mendalam terhadap konsep dasar penilain akan membantu pendidik lebih mudah
dalam melakukan perbaikan terhadap sistem penilaian di sekolah. Pengetahuan dan
pemahaman ini juga akan meningkatkan kesadaran pendidik terhadap pentingnya
peranan sistem penilain yang baik dalam pembelajaran di sekolah.
2.
PENGERTIAN
PENILAIAN
Penilaian merupakan
bagian integral dari pembelajaran. Penilaian memiliki kedudukan yang sama
pentingnya dengan bagian-bagian lain dalam pembelajaran. Oleh karena itu, guru
yang melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang benar tentang
penilaian. Pengertian penilaian yang dikekukakan para ahli sangat beragam. Black
dan William (Harun Rasyid & Mansur: 2007) mendefinisikan penilaian sebagai
semua aktivitas yang dilakukan gguru dan siswa untuk menilai diri mereka
sendiri, yang memberikan informasi untuk digunakan sebagai umpan balik untuk memodifikasi
aktivitas belajar dan mengajar. Mardapi, Djemari (2003), mengemukakan bahwa
penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran.
Sudjana (Anita: 2006) mengemukakan bahwa penilaian adalah proses memberikan
atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria
tertentu. Gardner (Anita: 2006) mengemukakan bahwa penilaian merupakan upaya
memperoleh informasi mengenai keterampilan dan potensi diri individu dengan dua
sasaran. Pertama, memberi umpan balik yang bermanfaat kepada individu yang
bersangkutan. Kedua sebagai alat yang berguna bagi masyarakat yang ada di
sekitarnya. Dari pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penilaian
merupakan segala aktivitas yang berkaitan dengan pemberian atau penentuan nilai
kepada suatu objek berdasar hasil pengukuran mengenai keterampilan dan potensi
diri individu atau suatu objek.
3.
TUJUAN
PENILAIAN
Pelaksanaan penilaian
harus memiliki tujuan yang jelas. Tujuan tersebut menjadi arah bagi pelaksanan
evaluasi. Secara umum penilaian hasil belajar bertujuan untuk membantu kemajuan
dan pencapaian tujuan pembelajaran yang dilaksanakan peserta didik. Menurut Nana
Sudjana (2005) tujuan penilain hasil belajar adalah untuk mengetahui;
a.
Tingkat pencapaian hasil belajar setiap
peserta didik
b.
Faktor-faktor penyebab keberhasilan atau
kegagalan siswa dalam mengikuti pembelajaran
c.
Ketepatan materi yang diajarkan bagi
pencapaian tujuan pembelajaran dan hasil belajar peserta didik
d.
Kesesuaian penggunaan metode mengajar
bagai peserta didik dan materi pelajaran
Pendapat yang hampir sama
dikemukakan oleh CEA (Harun Rasyid & Mansur: 2007) yaitu tujuan penilaian
adalah (1) memberi wawasan tentang belajar siswa kepada guru dan siswa; (2)
meningkatkan kesuksesan untuk semua; (3) membantu proses menetapkan
tujuan; (4) memungkinkan refleksi secara
kontinu terhadap apa yang siswa ketahui sekarang dan apa yang mereka butuhkan
untuk diketahui berikutnya; (5) mengukur apa yang dinilai; (6) mempromosikan intervensi
secara cepat dan menghubungkan dengan penetapan tujuan pembelajaran; dan (7)
meningkatkan yang diperoleh siswa pada edges
of capability.
Sehubungan dengan
tujuan di atas, kesuksesan dalam pembelajaran melalui penilaian diperuntukkan
bagi guru maupun siswa. Guru dituntut memiliki wawasan dan kemampuan yang
memadai tentang pembelajaran., misalnya perencanaan, penetapan tujuan
pembelajaran, dan membuat keputusan yang tepat berdasarkan informasi yang
diperoleh dalam penilaian, sehingga termotivasi untuk memperbaiki dan
meningktkan belajarnya. Bagi sekolah, hasil penilaian bermanfaat sebagai bahan
pertimbangan untuk merencanakan dan menentukan kebijakan sekolah khususnya yang
berkaitan dengan program pembelajaran. Selain itu, sekolah juga dapat
menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan.
4.
FUNGSI
PENILAIAN
Penilaian memiliki
fungsi yang sangat penting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2005) mengemukakan
bahwa fungsi penilaian adalah sebagai berikut.
a.
Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya
tujuan intruksional.
b.
Umpan baik bagi perbaikan proses belajar
mengajar.
c.
Dasar dalam menyusun laporan kemajuan
belajar siswa kepada para orang tuanya.
5.
PRINSIP
PENILAIAN
Penilaian harus memenuhi prinsip-prinsip yang
dimiliki penilaian itu sendiri. Tanpa memenuhi prinsip-prinsip yang dimaksudkan
maka penilaian tidak akan memberikan informasi sebagaimana yang diharapkan. Ada
beberapa prinsip penilaian . Prinsip yang dimaksup antara lain.
a)
Objektivitas
Prinsip objektivitas
menekankan pada kecilnya pengaruh penilai, alat penilaian, tempat dan waktu
atau yang lainnya terhadap hasil penilaian.
b)
Menyeluruh
Prinsip menyeluruh
menetapkan bahwa penilaian harus dilaksanakan secara utuh. Penilaian
benar-benar dapat mengungkapkan secara keseluruhan dari objek yang dinilai.
c)
Berkesinambungan
Prinsip
berkesinambungan menekankan bahwa evaluasi harus dilakukan secara terus-menerus
sejalan dengan kegiatan pembelajaran.
d)
Validitas
Prinsip validitas
menekankan bahwa penilaian harus jelas hendak menilai apa dan dinilai dengan
apa.
e)
Penggunaan kriteria
Prinsip penggunaan
kriteria menuntut adanya kejelasan ukuran yang digunakan untuk menentukan nilai
seseorang/ peserta didik.
f)
Kegunaan
Prinsip kegunaan
menekankan pada kebermanfaatan penilaian.
g)
Kepraktisan
Prinsip kepraktisan
berkenaan dengan bagaimana suatu penilaian mudah dan senang guru
menggunakannya.
h)
Sistematis
Penilaian hasil
belajar oleh pendidik dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti
langkah-langkah baku.
i)
Akuntabel
Penilaian hasil
belajar oleh pendidik dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik,
prosedur, maupun hasilnya.
6.
PERANAN
PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN
Penilaian
hendaknya dirancang sedemikian rupa, agar penilaian menjadi bermakna bagi
orang-orang yang terlibat di dalamnya karena penilaian memiliki peran yang
sangat penting dalam pembelajaran.
a)
Perlunya standar penilaian
Pada
dasarnya penilaian umumnya memiliki misi untuk memperbaiki standar, tidak hanya
sekedar mengukur siswa. Darling Hammond (dalam Harun Rasyid dan Masur: 2007)
berpendapat bahwa usaha untuk menaikan standar pelajaran dan prestasi harus
bertolak pada perubahan strategi penilaian. Kemudian pernyataan tersebut
diperkuat kembali oleh Wedeen, Winter, dan Broad Fott (dalam Harun Rasyid dan
Masur: 2007) bahwa penggunaan penilaian dalam pembelajaran secara signifikan
lebih efektif bagi guru dalam memperbaikai kualitas pembelajaran. Agar
penilaian berfungsi dengan baik, maka sangat perlu untuk meletakan standar,
yang akan menjadi dasar dan pijakan bagi guru dan praktisi pendidikan dalam
melakukan kegiatan penilaian. Ada beberapa pihak yang berkaitan langsung dengan
pelaksanaan kegiatan ini, yaitu:
1) Peran
Guru
Peranan
guru sangat besar dalam menerapkan standar penilaian. Guru perlu memahami
dengan baik standar yang sudah ditetapkan serta mampu menerapkannya dalam
melakukan penilaian terhadap peserta didik. Informasi hasil penilaian juga
dapat dimanfaatkan guru lebih efektif melalui umpan balik. Umpan balik
merupakan sarana bagi guru dan siswa untuk mengetahui sejauh mana kemajuan
pembelajaran yang telah dilakukan. Dari hasil reviuw literatur tentang umpan
balik dan hubungannya dengan motivasi siswa, Croks (dalam Harun Rasyid dan
Masur: 2007) menyimpulkan bahwa manfaat umpan balik agar dapat memotivasi
siswa, harus fokus pada:
a) Kualitas
kerja anak-anak, dan bukan pada membandingkan dengan anak-anak lain.
b) Cara-cara
spesifik dimana pekerjaan anak dapat ditingkatkan.
c) Peningkatan
pekerjaan anak harus dibandingkan dengan pekerjaan sebelumnya.
Seiring dengan hal
tersebut, Clarke (dalam Harun Rasyid dan Masur: 2007) menyarankan 6 prinsip
dalam melakukan evaluasi yaitu sebagai berikut.
1)
Umpan balik harus fokus pada tugas-tugas
tujuan pembelajaran.
2)
Guru memberikan pesan yang baik pada
anak tentang kemampuan mereka.
3)
Penilaian mengarah pada penurunan moril
bagi yang mencapai prestasi rendah dan kepuasan bagi prestasi yang tinggi.
4)
Penghargaan eksternal sama seperti grades
(tingkatan).
5)
Perlunya umpan balik spesifik yang fokus
pada kesuksesan dan peningkatan dari pada mengoreksi.
6)
Anak-anak perlu kesempatan untuk membuat
peningkatan atas pekerjaan mereka.
Umpan
balik dapat memiliki pengaruh kuat terhadap perasaan siswa, harga dirinya dan
motivasinya. Dalam memberikan umpan balik, seorang guru harus fokus pada
kualitas pekerjaan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Di
samping itu, guru perlu menghindari membandingkan siswa satu dengan yang
lainnya, karena hal tersebut dapat menurunkan dorongan, motivasi, dan minat
bagi siswa yang memperoleh nilai rendah.
da lima hal peranan guru dalam penilaian
seperti yang dirangkum pada tabel berikut.
Peranan Guru dan
Tujuannya dalam Penilaian
Peranan
|
Tujuan
|
Guru sebagai monitoring
|
Memberikan umpan balik dan bantuan
kepada setiap siswa
|
Guru sebagai petunjuk jalan
|
Mengumpulkan informasi untuk
diagnostik kelompok siswa melalui pekerjaan yang telah dikerjakan.
|
Guru sebagai akuntan
|
Memperbaiki dan memelihara catatan
prestasi dan kemajuan siswa
|
Guru sebagai reporter
|
Melaporkan pada orang tua, siswa, dan
pengurus sekolah tentang prestasi dan kemajuan siswa
|
Guru sebagai direktur program
|
Membuat keputusan dan revisi praktik
pengajaran
|
Pemaparan
di atas menggambarkan bahwa guru sangat berperan dalam penilaian. Oleh karrena
itu, guru hendaknya lebih menekankan pada pemberian umpan balik yang positif
dan tentunya dapat memotivasi siswa dengan peranannya yaitu: guru sebagi
monitoring, petunjuk jalan, akuntan, reporter, dan direktur program. Umpan
balik yang diberikan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2) Peran
Siswa
Keikutsertaan siswa di
dalam proses penilaian menjadi penting apabila standar yang digunakan bisa
diwujudkan untuk semua siswa. Brown (dalam Harun Rasyid dan Masur: 2007)
menekankan unsur strategis agar senantiasa sadar akan kekuatan dan kelemahan
dengan mengatakan bahwa “para siswa berhasil menjalankan yang terbaik apabila mereka
memiliki pemahaman yang mendalam akan kelebihan dan kelemahan mereka sendiri
dan akses dalam menyusun strategi untuk belajar”. Rudd dan Gunstone (dalam Harun
Rasyid dan Mansur: 2007) mengidentifikasi beberapa keuntungan yang diperoleh
dengan perlibatan siswa dalam proses penilaian diri sebagai berikut.
a)
Mengembangkan
kemampuan siswa untuk merencanakan dan berpikir menyeluruh menyangkut hasil dan
ketrampilan mereka
b)
Menciptakan
kesadaran siswa akan pentingnya menilai pekerjaan mereka sendiri
c)
Mengembangkan
kemampuan siswa untuk saling mengevaluasi penilaian diri satu sama lain asalkan
kritik membangun
d) Mengembangkan kemampuan siswa dalam
mengatur sumber daya dan waktu secara lebih efektif.
Dengan melibatkan siswa
dalam penilaian diharapkan mereka menemukan sendiri kekuatan dan kelemmahan
mera serta lebih termotivasi lagi untuk memperbaiki hasil belajar mereka.
3) Peran
Sekolah
Sekolah merupakan pusat
kegiatan pembelajaran. Penilaian dan pembelajaran merupakan dua hal yang sangat
terkait, oleh karena itu sekolah hendaknya menciptakan suasana (kultur) yang
kondusif agar penilaian dapat berjalan sesuai dengan fungsi dan tujuan
masing-masing.
Wedeen Winter, dan
Broadfoot (dalam
Harun Rasyid dan Mansur: 2007) melaporkan bahwa sekolah merupakan
tempat dimana para siswa diarahkan agar dapat meningkatkan kualitas belajar
mereka, dengan mengatakan: “mempromosikan pembelajaran anak-anak merupakan
tujuan utama sekolah”. Penilaian merupakan jantung dari proses tersebut. Dari
paparan di atas dapat disimpulkan bahwa,
sekolah berperan dalam pembentukan siswa yang berkualitas sehingga
diharapkan siswa dapat menciptakan suasana yang kondusif yang akan mendukung
pembelajaran dan penilaian yang ada agar dapat berjalan dengan baik.
b)
Siswa menjadi Pembelajar yang baik
Dukungan
sekolah dan para guru hendaknya lebih memihak pada kebutuhan siswa daripada
memenuhi target kurikulum. Guru
sebaiknya tidak terburu-buru dengan target harus selesai tepat pada
waktunya tanpa memperhatikan apakah siswa telah paham atau belum. Guru
harus fokus dengan bagaimana penilaian
yang mereka terapkan dapat mengungkap permasalahan-permasalahan nyata yang
dihadapi siswa mereka dan menggunakan informasi tersebut untuk membantu para
siswa menjadi pebelajar yang lebih baik. Siswa akan merasa tertantang dan termotivasi
untuk terus memperbaiki diri, baik memperbaiki cara dan strategi belajar maupun
dalam kaitan dengan perilaku, harapan dan cita-cita mereka. Jika tiga komponen
tersebut (guru, siswa, sekolah) saling berkomitmen untuk menjalankan fungsi dan
tanggung jawabnya, maka penilaian yang dilaksanakan menjadi suatu alat yang
dapat menjadikan siswa termotivasi, percaya diri, dan penuh keyakinan untuk
optimis menghadapi kehidupan sekolah. Siswa akan menjadi pembelajar yang baik
dari waktu ke waktu.
c) Penilaian dan Motivasi Belajar Anak
Penilaian
dan motivasi merupakan dua istilah yang melekat pada proses pembelajaran. Dalam
proses pembelajaran dan penilaian, motivasi siswa akan mempengaruhi belajar
siswa, jika lingkungan atau kondisi mendukung hal tersebut. Oleh karena itu, diperlukan kemauan guru untuk
menerapkan strategi penilaian yang membuat siswa bertanggungjawab terhadap
belajar mereka sendiri.
Menurut
Black (1998) mengutip penelitian Sylvia (1994), menyatakan bahwa anak-anak pada
dasarnya dikategorikan dalam dua golongan, yaitu:
1) Anak
yang cakap
Anak yang cakap memiliki
karakteristik sebagai berikut.
·
Termotivasi oleh keinginan untuk belajar
·
Akan menghadapi tugas yang sulit dengan
cara yang fleksibel dan reflektif
·
Percaya akan berhasil, percaya bahwa
mereka dapat melakukannya jika mereka berusaha
·
Percaya bahwa kecerdasan dapat
ditingkatkan
·
Jika melihat anak lain bekerja keras,
mereka tertarik
2) Anak
yang kurang cakap
Karakteristik anak yang kurang
cakap, yaitu:
·
Memiliki motivasi yang biasa-biasa saja
·
Tampaknya menerima bahwa mereka akan
gagal karena mereka tidak cukup cerdas
·
Percaya bahwa jika sesuatu akan terlalu
sulit, tak ada yang bisa mereka lakukan
·
Cenderung menghindari tantangan
·
Tidak percaya mereka dapt meningkatkan
kecerdasan mereka
Collinh
Rogers (dalam Harun Rasyid dan Masur: 2007) mendukung pendapat di atas, namun
konteksnya berbeda. Collin menyebutkan bahwa siswa dapat digolongkan kedalam
tiga jenis motivasi, yaitu:
1) Murid
yang berorientasi ‘penguasaan’
Secara intrinsik
tertarik untuk ‘tahu’, akan termotivasi untuk belajar dan akan mengembangkan
strategi-strategi yang membantu mereka untuk melakukan hal tersebut.
2) Murid
yang berorientasi ‘kinerja’
Murid yang berorientasi
kinerja peduli dengan tugas akan tampak baik-baik saja, untuk meningkatkan
harga diri mereka. Hal ini dapat mengurangi motivasi mereka dalam keadaan
tertentu dan karena itulah mereka tidak ingin terlihat gagal.
3) Keputusasaan
yang dipelajari
Kelompok siswa terakhir memiliki
riwayat kegagalan pendidikan dan harus mengembangkan suatu perilaku
‘keputusasaan yang dipelajari’, sehingga mereka gagal terlibat kerja tersebut
dengan berhasil. Siswa dapat disebut kurang mampu, sebagai akibat dari mereka
tidak diberi peluang pada tantangan yang tepat.
Berdasarkan
ketiga motivasi tersebut, tampak bahwa guru dan sekolah memiliki peranan yang
cukup signifikan dalam upaya mengubah motivasi para siswa melalui penilaian.
Siswa yang memiliki hasil ujian tinggi dapat menggunakan strategi yang
berorientasi penguasaan dan efek positif yang berkaitan dengan belajar mereka.
Sedangkan siswa yang tidak berhasil dapat menggunakan gaya motivasi yang
berorientasi kinerja, dengan hasil belajar mereka yang kurang berhasil. Dengan
demikian, penilaian menjadi alat yang berguna dan bermanfaat untuk mengarahkan
para siswa menjadi pelajar yang sukses.
d) Reformasi
dalam Penilaian
Orientasi
penilaian bukan hanya sekadar memberi label nilai, tetapi lebih pada
pengumpulan informasi kenapa siswa mendapatkan hasil tersebut. Informasi ini
nantinya digunakan dan dimanfaatkan untuk memodifikasi strategi dan teknik
pengajaran sesuai dengan kebutuhan nyata dari para siswa. Pengubahan praktik
nilai yang kurang sesuai harapan seperti sekarang dapat jika semua komponen
yang terkait dengan pendidikan memiliki kemampuan dan kerja keras yang maksimal.
Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah sharing
tanggungjawab penilaian antara guru dan siswa, yaitu dengan melibatkan siswa
dalam menilai dirinya sendiri (self-assessment). Menurut Weede, Winter, & Broadfoot (dalam
Harun Rasyid dan Masur: 2007), metode penilaian diri digunakan untuk mengajari
murid bagaimana memahami tujuan belajar dan kriterian penilaian tugas mereka,
mengijinkan mereka untuk memilih tugas belajar mereka dan menggunakan tugas
yang mengijinkan mereka untuk menilai perkembangan ereka sendiri . Selain itu,
dapat juga diterapkan penilaian untuk belajar (assessment for learning) dalam kegiatan pembelajaran di kelas,
yaitu penilaian yang lebih berorientasi diagnostik kesulitan belajar siswa,
yang nantinya dapat dijadikan sebagai penyeimbang pelaksanaan penilaian sumatif
(assessment of learning) yang
sekarang dipraktikkan.
7.
PENUTUP
Dari pembahasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa untuk menuju kualitas pembelajaran yang baik, diperlukan
sistem penilaian yang baik pula. Agar penilaian dapat berfungsi dengan baik,
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka sangat perlu untuk menetapkan
standar penilaian yang akan menjadi dasar dan acuan bagi guru dan praktisi
pendidikan dalam melakukan kegiatan penilaian. Untuk mewujudkan hal tersebut,
maka perlu kerjasama yang baik dari beberapa pihak terkait, seperti guru, siswa
dan sekolah. Ketiga pihak tersebut memiliki peranan yang berbeda-beda sesuai
dengan proporsi masing-masing. Jika masing-masing pihak melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya sebagaimana mestinya maka akan tercipta suatu suasana yang
kondusif, dinamis, dan terarah untuk perbaikan kualitas pembelajaran melalui
perbaikan sistem penilaian.
terimakasih
BalasHapusterus belajar kak..terimakasih..heheh
BalasHapussukses... #kopdaposa