FITRI

FITRI

Minggu, 05 Januari 2014

PERANAN PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN


ABSTRAK
Pembelajaran menurut Ralph Tyler (Anita : 2006) memiliki empat komponen utama, yaitu tujuan, materi, metode/ media, dan penilaian. Keempat komponen tersebut saling berkaitan dan mendukung. Keempat komponen ini menjadi sorotan besar masyarakat dalam menilai pendidikan terutama terhadap penilaian. Sistem penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi peserta didik untuk belajar lebih baik. Oleh karena itu, dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan diperlukan perbaikan sistem penilaian yang diterapkan. Pendidik perlu memahami betul konsep dasar penilaian agar kesadaran pendidik terhadap pentingnya peranan sistem penilain yang baik dalam pembelajaran di sekolah dapat ditingkatkan. Dengan demikian perbaikan yang diharapkan dapat dilakukan sesuai harapan masyarakat. Penilaian merupakan segala aktivitas yang berkaitan dengan pemberian atau penentuan nilai kepada suatu objek berdasar hasil pengukuran mengenai keterampilan dan potensi diri individu atau suatu objek. Penilian memiki tujuan, fungsi, dan prinsip dalam pelaksanaannya. Untuk menuju kualitas pembelajaran yang baik, diperlukan sistem penilaian yang baik pula. Agar penilaian dapat berfungsi dengan baik, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka sangat perlu untuk menetapkan standar penilaian yang akan menjadi dasar dan acuan bagi guru dan praktisi pendidikan dalam melakukan kegiatan penilaian. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka perlu kerjasama yang baik dari beberapa pihak terkait, seperti guru, siswa dan sekolah. Peranan penilaian dalam pembelajaran sangat penting sehingga perlu bagi pihak terkait memahami bagaimana peranan mereka untuk mewujudkan penilaian yang baik dan peranan penilaian dalam pembelajaran yang mereka laksanakan.
Kata kunci: peranan penilaian, pembelajaran
1.        PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) serta globalisasi menimbulkan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut memberi pengaruh yang besar terhadap berbagai kegiatan dan kebutuhan masyarakat, termasuk kebutuhan akan pendidikan. Pandangan, kritikan, sumbangan, dan tuntunan terhadap pendidikan kini terus mengalami pergeseran. Pendidikan kini telah menarik perhatian masyarakat dalam pelaksanaan maupun penilaiannya serta hasil yang diperoleh.
Kegiatan utama dalam pendidikan adalah pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan inilah yang menjadi sorotan pertama masyarakat dalam memandang pendidikan secara luas. Pelaksanaan pembelajaran terus diperhatikan dalam pelaksanaanya. Kritikan-kritikan bermunculan mengenai pelaksanaan pembelajaran yang dinilai kurang kondusif dalam menyiapkan peserta didik untuk dapat menghadapi tantangan globalisai. Salah satu komentar yang dikemukakan oleh Indra Djati (Anita: 2006) yaitu bahwa pendidikan belum berhasil mengikuti perubahan yang terjadi di kalangan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut maka sekolah harus mengkaji ulang pelaksanaan pembelajaran yang sudah diadakan selama ini. Sekolah harus meningkatkan perhatian dan melakukan perubahan terhadap aspek-aspek pembelajaran.
Pembelajaran menurut Ralph Tyler (Anita : 2006) memiliki empat komponen utama, yaitu tujuan, materi, metode/ media, dan penilaian. Keempat komponen tersebut saling berkaitan dan mendukung. Keempat komponen ini juga menjadi sorotan besar masyarakat dalam menilai pendidikan terutama terhadap penilaian. Tak jarang masyarakat menganggap penilaian belum dilaksanakan sebagai mestinya. Sistem penilaian yang dilakukan di sekolah sering kali mendapat keraguan masyarakat sehingga memunculkan berbagai permasalahan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Penilaian merupakan komponen yang tak kalah penting dibanding dengan komponen pembelajaran yang lain. Penilaian bertujuan untuk menentukan tingkat ketercapaian peserta didik dalam pembelajaran. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan dapat juga ditempuh melalui peningkatan kualitas sistem penilaiannya. Sistem penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi peserta didik untuk belajar lebih baik. Oleh karena itu, dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan diperlukan perbaikan sistem penilaian yang diterapkan. Untuk melaksanakan perbaikan tersebut pendidik perlu memahami betul konsep dasar penilaian itu sendiri karena perkembangan konsep penilaian yang ada pada saat ini menunjuk arah yang lebih luas. Pengetahuan dan pemahaman yang mendalam terhadap konsep dasar penilain akan membantu pendidik lebih mudah dalam melakukan perbaikan terhadap sistem penilaian di sekolah. Pengetahuan dan pemahaman ini juga akan meningkatkan kesadaran pendidik terhadap pentingnya peranan sistem penilain yang baik dalam pembelajaran di sekolah.

2.        PENGERTIAN PENILAIAN
Penilaian merupakan bagian integral dari pembelajaran. Penilaian memiliki kedudukan yang sama pentingnya dengan bagian-bagian lain dalam pembelajaran. Oleh karena itu, guru yang melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang benar tentang penilaian. Pengertian penilaian yang dikekukakan para ahli sangat beragam. Black dan William (Harun Rasyid & Mansur: 2007) mendefinisikan penilaian sebagai semua aktivitas yang dilakukan gguru dan siswa untuk menilai diri mereka sendiri, yang memberikan informasi untuk digunakan sebagai umpan balik untuk memodifikasi aktivitas belajar dan mengajar. Mardapi, Djemari (2003), mengemukakan bahwa penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Sudjana (Anita: 2006) mengemukakan bahwa penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Gardner (Anita: 2006) mengemukakan bahwa penilaian merupakan upaya memperoleh informasi mengenai keterampilan dan potensi diri individu dengan dua sasaran. Pertama, memberi umpan balik yang bermanfaat kepada individu yang bersangkutan. Kedua sebagai alat yang berguna bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Dari pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penilaian merupakan segala aktivitas yang berkaitan dengan pemberian atau penentuan nilai kepada suatu objek berdasar hasil pengukuran mengenai keterampilan dan potensi diri individu atau suatu objek.

3.        TUJUAN PENILAIAN
Pelaksanaan penilaian harus memiliki tujuan yang jelas. Tujuan tersebut menjadi arah bagi pelaksanan evaluasi. Secara umum penilaian hasil belajar bertujuan untuk membantu kemajuan dan pencapaian tujuan pembelajaran yang dilaksanakan peserta didik. Menurut Nana Sudjana (2005) tujuan penilain hasil belajar adalah untuk mengetahui;
a.         Tingkat pencapaian hasil belajar setiap peserta didik
b.        Faktor-faktor penyebab keberhasilan atau kegagalan siswa dalam mengikuti pembelajaran
c.         Ketepatan materi yang diajarkan bagi pencapaian tujuan pembelajaran dan hasil belajar peserta didik
d.        Kesesuaian penggunaan metode mengajar bagai peserta didik dan materi pelajaran
Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh CEA (Harun Rasyid & Mansur: 2007) yaitu tujuan penilaian adalah (1) memberi wawasan tentang belajar siswa kepada guru dan siswa; (2) meningkatkan kesuksesan untuk semua; (3) membantu proses menetapkan tujuan;  (4) memungkinkan refleksi secara kontinu terhadap apa yang siswa ketahui sekarang dan apa yang mereka butuhkan untuk diketahui berikutnya; (5) mengukur apa yang dinilai; (6) mempromosikan intervensi secara cepat dan menghubungkan dengan penetapan tujuan pembelajaran; dan (7) meningkatkan yang diperoleh siswa pada edges of capability.
Sehubungan dengan tujuan di atas, kesuksesan dalam pembelajaran melalui penilaian diperuntukkan bagi guru maupun siswa. Guru dituntut memiliki wawasan dan kemampuan yang memadai tentang pembelajaran., misalnya perencanaan, penetapan tujuan pembelajaran, dan membuat keputusan yang tepat berdasarkan informasi yang diperoleh dalam penilaian, sehingga termotivasi untuk memperbaiki dan meningktkan belajarnya. Bagi sekolah, hasil penilaian bermanfaat sebagai bahan pertimbangan untuk merencanakan dan menentukan kebijakan sekolah khususnya yang berkaitan dengan program pembelajaran. Selain itu, sekolah juga dapat menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan.

4.        FUNGSI PENILAIAN
Penilaian memiliki fungsi yang sangat penting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2005) mengemukakan bahwa fungsi penilaian adalah sebagai berikut.
a.         Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan intruksional.
b.        Umpan baik bagi perbaikan proses belajar mengajar.
c.         Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya.

5.        PRINSIP PENILAIAN
Penilaian harus memenuhi prinsip-prinsip yang dimiliki penilaian itu sendiri. Tanpa memenuhi prinsip-prinsip yang dimaksudkan maka penilaian tidak akan memberikan informasi sebagaimana yang diharapkan. Ada beberapa prinsip penilaian . Prinsip yang dimaksup antara lain.
a)      Objektivitas
Prinsip objektivitas menekankan pada kecilnya pengaruh penilai, alat penilaian, tempat dan waktu atau yang lainnya terhadap hasil penilaian.
b)      Menyeluruh
Prinsip menyeluruh menetapkan bahwa penilaian harus dilaksanakan secara utuh. Penilaian benar-benar dapat mengungkapkan secara keseluruhan dari objek yang dinilai.  
c)      Berkesinambungan
Prinsip berkesinambungan menekankan bahwa evaluasi harus dilakukan secara terus-menerus sejalan dengan kegiatan pembelajaran.
d)     Validitas
Prinsip validitas menekankan bahwa penilaian harus jelas hendak menilai apa dan dinilai dengan apa.
e)      Penggunaan kriteria
Prinsip penggunaan kriteria menuntut adanya kejelasan ukuran yang digunakan untuk menentukan nilai seseorang/ peserta didik.
f)       Kegunaan
Prinsip kegunaan menekankan pada kebermanfaatan penilaian.
g)      Kepraktisan
Prinsip kepraktisan berkenaan dengan bagaimana suatu penilaian mudah dan senang guru menggunakannya.
h)      Sistematis
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.


i)        Akuntabel
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.

6.        PERANAN PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN
Penilaian hendaknya dirancang sedemikian rupa, agar penilaian menjadi bermakna bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya karena penilaian memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran.
a)        Perlunya standar penilaian
Pada dasarnya penilaian umumnya memiliki misi untuk memperbaiki standar, tidak hanya sekedar mengukur siswa. Darling Hammond (dalam Harun Rasyid dan Masur: 2007) berpendapat bahwa usaha untuk menaikan standar pelajaran dan prestasi harus bertolak pada perubahan strategi penilaian. Kemudian pernyataan tersebut diperkuat kembali oleh Wedeen, Winter, dan Broad Fott (dalam Harun Rasyid dan Masur: 2007) bahwa penggunaan penilaian dalam pembelajaran secara signifikan lebih efektif bagi guru dalam memperbaikai kualitas pembelajaran. Agar penilaian berfungsi dengan baik, maka sangat perlu untuk meletakan standar, yang akan menjadi dasar dan pijakan bagi guru dan praktisi pendidikan dalam melakukan kegiatan penilaian. Ada beberapa pihak yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan kegiatan ini, yaitu:
1)      Peran Guru
Peranan guru sangat besar dalam menerapkan standar penilaian. Guru perlu memahami dengan baik standar yang sudah ditetapkan serta mampu menerapkannya dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik. Informasi hasil penilaian juga dapat dimanfaatkan guru lebih efektif melalui umpan balik. Umpan balik merupakan sarana bagi guru dan siswa untuk mengetahui sejauh mana kemajuan pembelajaran yang telah dilakukan. Dari hasil reviuw literatur tentang umpan balik dan hubungannya dengan motivasi siswa, Croks (dalam Harun Rasyid dan Masur: 2007) menyimpulkan bahwa manfaat umpan balik agar dapat memotivasi siswa, harus fokus pada:
a)      Kualitas kerja anak-anak, dan bukan pada membandingkan dengan anak-anak lain.
b)      Cara-cara spesifik dimana pekerjaan anak dapat ditingkatkan.
c)      Peningkatan pekerjaan anak harus dibandingkan dengan pekerjaan sebelumnya.
Seiring dengan hal tersebut, Clarke (dalam Harun Rasyid dan Masur: 2007) menyarankan 6 prinsip dalam melakukan evaluasi yaitu sebagai berikut.
1)        Umpan balik harus fokus pada tugas-tugas tujuan pembelajaran.
2)        Guru memberikan pesan yang baik pada anak tentang kemampuan mereka.
3)        Penilaian mengarah pada penurunan moril bagi yang mencapai prestasi rendah dan kepuasan bagi prestasi yang tinggi.
4)        Penghargaan eksternal sama seperti grades (tingkatan).
5)        Perlunya umpan balik spesifik yang fokus pada kesuksesan dan peningkatan dari pada mengoreksi.
6)        Anak-anak perlu kesempatan untuk membuat peningkatan atas pekerjaan mereka.
Umpan balik dapat memiliki pengaruh kuat terhadap perasaan siswa, harga dirinya dan motivasinya. Dalam memberikan umpan balik, seorang guru harus fokus pada kualitas pekerjaan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Di samping itu, guru perlu menghindari membandingkan siswa satu dengan yang lainnya, karena hal tersebut dapat menurunkan dorongan, motivasi, dan minat bagi siswa yang memperoleh nilai rendah.
da lima hal peranan guru dalam penilaian seperti yang dirangkum pada tabel berikut.
Peranan Guru dan Tujuannya dalam Penilaian
Peranan
Tujuan
Guru sebagai monitoring
Memberikan umpan balik dan bantuan kepada setiap siswa
Guru sebagai petunjuk jalan
Mengumpulkan informasi untuk diagnostik kelompok siswa melalui pekerjaan yang telah dikerjakan.
Guru sebagai akuntan
Memperbaiki dan memelihara catatan prestasi dan kemajuan siswa
Guru sebagai reporter
Melaporkan pada orang tua, siswa, dan pengurus sekolah tentang prestasi dan kemajuan siswa
Guru sebagai direktur program
Membuat keputusan dan revisi praktik pengajaran

Pemaparan di atas menggambarkan bahwa guru sangat berperan dalam penilaian. Oleh karrena itu, guru hendaknya lebih menekankan pada pemberian umpan balik yang positif dan tentunya dapat memotivasi siswa dengan peranannya yaitu: guru sebagi monitoring, petunjuk jalan, akuntan, reporter, dan direktur program. Umpan balik yang diberikan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2)      Peran Siswa
Keikutsertaan siswa di dalam proses penilaian menjadi penting apabila standar yang digunakan bisa diwujudkan untuk semua siswa. Brown (dalam Harun Rasyid dan Masur: 2007) menekankan unsur strategis agar senantiasa sadar akan kekuatan dan kelemahan dengan mengatakan bahwa “para siswa berhasil menjalankan yang terbaik apabila mereka memiliki pemahaman yang mendalam akan kelebihan dan kelemahan mereka sendiri dan akses dalam menyusun strategi untuk belajar”. Rudd dan Gunstone (dalam Harun Rasyid dan Mansur: 2007) mengidentifikasi beberapa keuntungan yang diperoleh dengan perlibatan siswa dalam proses penilaian diri sebagai berikut.
a)        Mengembangkan kemampuan siswa untuk merencanakan dan berpikir menyeluruh menyangkut hasil dan ketrampilan mereka
b)        Menciptakan kesadaran siswa akan pentingnya menilai pekerjaan mereka sendiri
c)        Mengembangkan kemampuan siswa untuk saling mengevaluasi penilaian diri satu sama lain asalkan kritik membangun
d)       Mengembangkan kemampuan siswa dalam mengatur sumber daya dan waktu secara lebih efektif.
Dengan melibatkan siswa dalam penilaian diharapkan mereka menemukan sendiri kekuatan dan kelemmahan mera serta lebih termotivasi lagi untuk memperbaiki hasil belajar mereka.
3)      Peran Sekolah
Sekolah merupakan pusat kegiatan pembelajaran. Penilaian dan pembelajaran merupakan dua hal yang sangat terkait, oleh karena itu sekolah hendaknya menciptakan suasana (kultur) yang kondusif agar penilaian dapat berjalan sesuai dengan fungsi dan tujuan masing-masing.
Wedeen Winter, dan Broadfoot (dalam Harun Rasyid dan Mansur: 2007) melaporkan bahwa sekolah merupakan tempat dimana para siswa diarahkan agar dapat meningkatkan kualitas belajar mereka, dengan mengatakan: “mempromosikan pembelajaran anak-anak merupakan tujuan utama sekolah”. Penilaian merupakan jantung dari proses tersebut. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa,  sekolah berperan dalam pembentukan siswa yang berkualitas sehingga diharapkan siswa dapat menciptakan suasana yang kondusif yang akan mendukung pembelajaran dan penilaian yang ada agar dapat berjalan dengan baik.
b)        Siswa menjadi Pembelajar yang baik
Dukungan sekolah dan para guru hendaknya lebih memihak pada kebutuhan siswa daripada memenuhi target kurikulum. Guru  sebaiknya tidak terburu-buru dengan target harus selesai tepat pada waktunya tanpa memperhatikan apakah siswa telah paham atau belum. Guru harus  fokus dengan bagaimana penilaian yang mereka terapkan dapat mengungkap permasalahan-permasalahan nyata yang dihadapi siswa mereka dan menggunakan informasi tersebut untuk membantu para siswa menjadi pebelajar yang lebih baik. Siswa akan merasa tertantang dan termotivasi untuk terus memperbaiki diri, baik memperbaiki cara dan strategi belajar maupun dalam kaitan dengan perilaku, harapan dan cita-cita mereka. Jika tiga komponen tersebut (guru, siswa, sekolah) saling berkomitmen untuk menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya, maka penilaian yang dilaksanakan menjadi suatu alat yang dapat menjadikan siswa termotivasi, percaya diri, dan penuh keyakinan untuk optimis menghadapi kehidupan sekolah. Siswa akan menjadi pembelajar yang baik dari waktu ke waktu.
c)   Penilaian dan Motivasi Belajar Anak
Penilaian dan motivasi merupakan dua istilah yang melekat pada proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dan penilaian, motivasi siswa akan mempengaruhi belajar siswa, jika lingkungan atau kondisi mendukung hal tersebut.  Oleh karena itu, diperlukan kemauan guru untuk menerapkan strategi penilaian yang membuat siswa bertanggungjawab terhadap belajar mereka sendiri.
Menurut Black (1998) mengutip penelitian Sylvia (1994), menyatakan bahwa anak-anak pada dasarnya dikategorikan dalam dua golongan, yaitu:
1)      Anak yang cakap
Anak yang cakap memiliki karakteristik sebagai berikut.
·         Termotivasi oleh keinginan untuk belajar
·         Akan menghadapi tugas yang sulit dengan cara yang fleksibel dan reflektif
·         Percaya akan berhasil, percaya bahwa mereka dapat melakukannya jika mereka berusaha
·         Percaya bahwa kecerdasan dapat ditingkatkan
·         Jika melihat anak lain bekerja keras, mereka tertarik
2)      Anak yang kurang cakap
Karakteristik anak yang kurang cakap, yaitu:
·         Memiliki motivasi yang biasa-biasa saja
·         Tampaknya menerima bahwa mereka akan gagal karena mereka tidak cukup cerdas
·         Percaya bahwa jika sesuatu akan terlalu sulit, tak ada yang bisa mereka lakukan
·         Cenderung menghindari tantangan
·         Tidak percaya mereka dapt meningkatkan kecerdasan mereka
Collinh Rogers (dalam Harun Rasyid dan Masur: 2007) mendukung pendapat di atas, namun konteksnya berbeda. Collin menyebutkan bahwa siswa dapat digolongkan kedalam tiga jenis motivasi, yaitu:
1)      Murid yang berorientasi ‘penguasaan’
Secara intrinsik tertarik untuk ‘tahu’, akan termotivasi untuk belajar dan akan mengembangkan strategi-strategi yang membantu mereka untuk melakukan hal tersebut.
2)      Murid yang berorientasi ‘kinerja’
Murid yang berorientasi kinerja peduli dengan tugas akan tampak baik-baik saja, untuk meningkatkan harga diri mereka. Hal ini dapat mengurangi motivasi mereka dalam keadaan tertentu dan karena itulah mereka tidak ingin terlihat gagal.
3)      Keputusasaan yang dipelajari
Kelompok siswa terakhir memiliki riwayat kegagalan pendidikan dan harus mengembangkan suatu perilaku ‘keputusasaan yang dipelajari’, sehingga mereka gagal terlibat kerja tersebut dengan berhasil. Siswa dapat disebut kurang mampu, sebagai akibat dari mereka tidak diberi peluang pada tantangan yang tepat.
Berdasarkan ketiga motivasi tersebut, tampak bahwa guru dan sekolah memiliki peranan yang cukup signifikan dalam upaya mengubah motivasi para siswa melalui penilaian. Siswa yang memiliki hasil ujian tinggi dapat menggunakan strategi yang berorientasi penguasaan dan efek positif yang berkaitan dengan belajar mereka. Sedangkan siswa yang tidak berhasil dapat menggunakan gaya motivasi yang berorientasi kinerja, dengan hasil belajar mereka yang kurang berhasil. Dengan demikian, penilaian menjadi alat yang berguna dan bermanfaat untuk mengarahkan para siswa menjadi pelajar yang sukses.
d)       Reformasi dalam Penilaian
Orientasi penilaian bukan hanya sekadar memberi label nilai, tetapi lebih pada pengumpulan informasi kenapa siswa mendapatkan hasil tersebut. Informasi ini nantinya digunakan dan dimanfaatkan untuk memodifikasi strategi dan teknik pengajaran sesuai dengan kebutuhan nyata dari para siswa. Pengubahan praktik nilai yang kurang sesuai harapan seperti sekarang dapat jika semua komponen yang terkait dengan pendidikan memiliki kemampuan dan kerja keras yang maksimal. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah sharing tanggungjawab penilaian antara guru dan siswa, yaitu dengan melibatkan siswa dalam menilai dirinya sendiri (self-assessment).  Menurut Weede, Winter, & Broadfoot (dalam Harun Rasyid dan Masur: 2007), metode penilaian diri digunakan untuk mengajari murid bagaimana memahami tujuan belajar dan kriterian penilaian tugas mereka, mengijinkan mereka untuk memilih tugas belajar mereka dan menggunakan tugas yang mengijinkan mereka untuk menilai perkembangan ereka sendiri . Selain itu, dapat juga diterapkan penilaian untuk belajar (assessment for learning) dalam kegiatan pembelajaran di kelas, yaitu penilaian yang lebih berorientasi diagnostik kesulitan belajar siswa, yang nantinya dapat dijadikan sebagai penyeimbang pelaksanaan penilaian sumatif (assessment of learning) yang sekarang dipraktikkan.

7.        PENUTUP
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk menuju kualitas pembelajaran yang baik, diperlukan sistem penilaian yang baik pula. Agar penilaian dapat berfungsi dengan baik, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka sangat perlu untuk menetapkan standar penilaian yang akan menjadi dasar dan acuan bagi guru dan praktisi pendidikan dalam melakukan kegiatan penilaian. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka perlu kerjasama yang baik dari beberapa pihak terkait, seperti guru, siswa dan sekolah. Ketiga pihak tersebut memiliki peranan yang berbeda-beda sesuai dengan proporsi masing-masing. Jika masing-masing pihak melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana mestinya maka akan tercipta suatu suasana yang kondusif, dinamis, dan terarah untuk perbaikan kualitas pembelajaran melalui perbaikan sistem penilaian.



2 komentar: